STIE BPKP TERAKREDITASI

Alamat : Jl. Peta Selatan Komplek Duta Indah Alfa 2 Blok D No. 7-10 Kalideres, Jakarta Barat. Telp ; (021)29519380- (021)29519381, Whatsapp ; 082111156054

Selasa, 24 Oktober 2017

Dari Bisnis Sewa Organ Tunggal, Setiawan Ichlas Akuisisi Bank Muamalat



JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Setiawan Ichlas mendadak populer pasca-memiliki 13,27 persen saham PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI). Apalagi, setelah PADI menyatakan bakal mengakuisisi 51 persen saham Bank Muamalat.
Mengutip Kontan.co.id, Selasa (17/10/2017), Setiawan Ichlas lahir dan besar dari keluarga sederhana di Palembang, 10 April 1977. Pria yang akrab disapa Iwan ini menyebut dirinya terjun ke dunia bisnis untuk pertama kalinya sejak masih duduk di bangku sekolah.
Dalam bisnis, Iwan menyebut dirinya tidak punya kerabat pengusaha. Seluruh usahanya, dimulai dari nol, tanpa bimbingan ayah kandungnya yang meninggal dunia saat usianya masih 16 tahun.
Iwan berkisah dirinya sangat tertarik berbisnis di sektor riil. Beberapa bisnis yang digarap Iwan antara lain, transportasi atau jasa, perkebunan, perdagangan, pertambangan batu bara, belakangan jasa keuangan.
Tidak berhenti di situ, dalam gurita bisnisnya Iwan juga memiliki sejumlah pelabuhan yang tersebar di Indonesia. Antara lain di Palembang, Lampung serta Kalimantan.
Publik kemudian baru mengenal namanya, setelah dia memiliki 13,27 persen saham PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) awal Agustus 2017 lalu. Ia membeli saham PADI di harga Rp 350 per saham, alias bermodal Rp 525 miliar.
Akhir pekan lalu, harga saham PADI sudah Rp 1.410. Dus, potensi keuntungan Iwan sudah mencapai Rp 1,56 triliun.
Bukan kali ini saja, Iwan pernah terlibat dalam pembelian saham dalam jumlah besar. Asal tahu saja, pria yang kini baru berusia 40 tahun itu pernah menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) yang sekarang telah berganti nama menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BPD Banten).
Iwan sempat menguasai mayoritas saham Bank Pundi setelah membelinya dari Grup Recapital. Seiring berjalannya waktu, saham itu dia lepas kepada Pemprov Banten, hingga akhirnya menyisakan sekitar 20 persen hingga saat ini. Namun nama Iwan tak terlihat dalam struktur kepemilikan saham, karena saham yang dimilikinya disebar ke sejumlah kerabat.
Secara singkat, Iwan menyebut strategi bisnisnya dengan mengambil alih perusahaan bermasalah. Hal ini yang dilakukannya kala membeli Bank Pundi yang terpuruk karena biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) serta kredit bermasalah (NPL) yang tinggi.
Hal yang sama, kini akan dia lakukan terhadap Bank Muamalat Indonesia. Dengan menggandeng sejumlah lembaga keuangan, seperti dana pensiun dan international sovereign fund, Iwan akan menginjeksi dana senilai Rp 4,5 triliun ke Bank Muamalat di bawah bendera Minna Padi.
Ia akan masuk dengan menjadi pembeli siaga rencana penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue Bank Muamalat. Kelak, Minna Padi akan menguasai minimal 51 persen saham Bank Muamalat.
Iwan lantas akan memberikan 2,5 persen saham Muamalat kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan 1-1,5 persen ke Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Ketua Umum MUI, Ma'ruf Amin menyambut rencana Iwan yang akan memberikan 2,5 persen saham Bank Muamalat ke MUI.


"Dulu, kami pernah rutin mendapatkan dividen, namun berhenti setelah investor dari Arab datang ke Bank Muamalat," tutur Ma'ruf, kepada Kontan, Minggu (15/10).
Ma'ruf mengaku tidak mengenal secara personal sosok Iwan. Ma'ruf yang juga anggota dewan syariah Bank Muamalat, baru tahu Iwan baru-baru ini saja.
Nama lain
Yang menarik, semasa bujang, Iwan akrab dikenal dengan nama Iwan Bomba. Awal mula nama ini muncul ketika Iwan berhasil sukses di Jakarta.
Merasa lebih dari cukup akan kesuksesannya, Iwan pun kembali ke kampung halamannya di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.
Kala kembali ke tempat kelahirannya, Iwan pun sesegera mungkin mencari cara untuk mengubah dirinya. Alhasil, Iwan yang memiliki keterampilan dalam bidang elektronik ini mulai mendirikan sebuah usaha sewa organ tunggal.
Nama Bomba sendiri muncul dari sebuah merek Televisi Toshiba keluaran tahun 2000an. Lagi-lagi bisnis yang Ia jalani ini pun sukses, dan nama Iwan Bomba pun tersebar di kalangan rekan bisnis dan teman-teman Iwan di Palembang.

sumber ; Kompas

kelas karyawan, kuliah murah, biaya kuliah murah jakarta, akuntansi, kuliah pajak

Share:

Lensa STIE BPKP

CARI DI STIE BPKP